Pertumbuhan Ekonomi Banjarbaru Melejit 7,93 Persen
BANJARBARU, KN â Pertumbuhan ekonomi di Kota
Banjarbaru tahun 2022 menunjukan prospek kenaikan yang signifikan. Bahkan
solidnya kinerja perekonomian di era Wali Kota Banjarbaru, H. M. Aditya Mufti
Ariffin telah mencatatkan sejarah baru, tertinggi dengan angka pertumbuhan 7,93 persen ,yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS),
pertumbuhan ekonomi di Kota Banjarbaru telah sukses menembus 7,93 persen. Ini
merupakan angka pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak beralihnya status
Banjarbaru dari Kota Administratif menjadi Kotamadya (kota) pada tahun 1999.
Wali Kota Banjarbaru mengaku bersyukur perekonomian
di wilayahnya berada di posisi puncak setelah mengalami kondisi sulit akibat
badai Covid-19. Menurutnya ini merupakan kombinasi aktivitas masyarakat yang
semakin menggeliat dan kebijakan Pemko Banjarbaru dalam mendorong aktivitas
ekonomi, baik dari sisi produksi maupun konsumsi.
âAlhamdulillah, patut kita syukuri pertumbuhan
ekonomi di tahun 2022 kemarin menjadi angka pertumbuhan tertinggi yang pernah
ada. Ini menjadi bukti bahwa geliat ekonomi di berbagai sektor usaha telah
berjalan dengan baik,â? kata Aditya Jumat (17/2/2022).
Kendati demikian, Aditya juga mengingatkan untuk
tetap waspada dengan berbagai persoalan ke depanya, seiring adanya ancaman resesi
global. Sepertinya halnya yang saat ini sedang terjadi ialah inflasi pada harga
komoditas bahan pokok.
âPemko Banjarbaru berkomitmen menahkodai apapun
persoalannya ke depan dengan kebijakan yang tepat sasaran. Seperti halnya
kenaikan harga komoditas bahan pokok saat ini, kita upayakan melalui operasi
pasar murah di 5 Kecamatan dan pembagian beras di tiap kelurahan,â? lugas Wali
Kota Banjarbaru.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Penelitian dan Pengendalian Daerah (Bappeda) Kota Banjarbaru, Kanafi,
merincikan sektor-sektor yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Kota
Banjarbaru sepanjang tahun 2022.
âTingginya pertumbuhan ekonomi di Banjarbaru
terbesar disumbang dari sektor perhubungan dalam hal ini kita memiliki bandara
internasional. Kemudian perdagangan dan jasa yang artinya usaha masyarakat kita
tahun lalu sangat menggeliat. Ini sangat luar biasa,â? katanya.
Pun diakui Kanafi dengan penetapan status Ibu Kota
Provinsi Kalimantan Selatan yang resmi disandang Kota Banjarbaru pada tahun 2022
tadi, menjadi salah satu faktornya. Multiplier effect atas status luar biasa
itu telah merangsang sektor investasi di Banjarbaru meningkat pesat.
âSektor investasi meningkat tahun 2022 tadi di
angka 645 miliar. Itu merupakan sefek dari pemindahan status ibu kota Kalsel ke
Banjarbaru. Pertumbuhan ekonomi kita juga didongkat pusat pelayanan publik
semakin membaik,â? terang Kanafi.
Senada dengan komitmen Wali Kota Banjarbaru untuk
menahkodai persoalan ihwal resesi global dan lainya, Kanafi memastikan Pemko Banjarbaru
untuk menyusun strategi yang tetap. Program-program besutan sang Wali Kota,
ucapnya juga menjadi amunisi yang tepat dalam mempersiapkan tantangan ke
depannya.
âApa yang disampaikan bapak Wali Kota itu benar dan
kita memang harus waspada. Inflasi ada yang cukup tinggi, tapi Insya Allah itu
bisa kita atasi. Program bapak Wali Kota yakni RT Mandiri juga menjadi salah
satu langkah strategis. Melalui program itu telah lahir Urban Farming di
berbagai wilayah dan menjadi lapangan usaha bagi masyarakat sekitar,â? tuturnya.
Untuk diketahui, jika dibadingkan data histori
sejak tercatatnya pertumbuhan ekonomi di Banjarbaru, faktanya tak pernah ada
yang menembus angka 7 persen. Dimulai pada tahun 2001 â 2003 menilik data BPS
RI yang hanya sebesar 5,31 persen, 4,66 persen dan 5,41 persen.
Kemudian di tahun 2004 â 2005 mencatatkan angka
pertumbuhan yang sama yakni 5,11 persen dan pada tahun 2016 di angka 5,63
persen. Di tahun 2007 â 2009 sebesar 5,66 persen, 5,83 persen dan 5,91 persen.
Di tahun 2010 â 2012 sebesar 5,85 persen, 5,99 persen dan 6,54 persen.
Selanjutnya pertumbuhan ekonomi tahun 2013 â 2015
yakni 5,96 persen, 6,86 persen dan 6,91 persen. Di tahun 2016 â 2018 sebesar
6,94 persen, 6,96 persen dan 6,90 persen. Hingga di tahun 2019 â 2021 yang
sempat mengalami anjlok akibat pandemi Covid-19 yakni 6,85 persen, -1,83 persen
dan 3,32 persen.
(Mc Bjb- Red)