Peristiwa

Istigosah Akbar, Nahdliyyin Ingin Prabowo Lihat Derita Masyarakat Akibat Banjir Rob

Istigosah Akbar, Nahdliyyin Ingin Prabowo Lihat Derita Masyarakat Akibat Banjir Rob

Puluhan ribu lebih warga Nahdliyin tumpah ruah di jalan Pantura Sayung Demak, dalam aksi jalan kaki dan Istigasah Akbar. Aksi ini sebagai bentuk keprihatinan mendalam terhadap bencana rob yang telah merundung wilayah pesisir Demak selama lebih dari dua dekade.

Pimpinan Cabang NU Demak, KH M Aminuddin, menyerukan harapan masyarakat agar Presiden Prabowo Subianto turun langsung melihat kondisi warga terdampak. 

“Kami berharap Bapak Presiden Prabowo bisa datang langsung ke Sayung. Rob di sini bukan hanya butuh laporan, tapi juga butuh perhatian dan langkah nyata. Masyarakat sangat menanti kehadiran beliau,” tegasnya di tengah kerumunan peserta aksi, Minggu sore, 15 Juni 2025.

Aminuddin menggambarkan rob yang melanda Sayung dan wilayah sekitarnya sebagai penderitaan permanen, bukan lagi bencana musiman. 

“Banyak kediaman warga hanyut, mainan anak-anak ikut terbawa air, dan kehidupan sehari-hari menjadi terganggu. Ini bukan lagi bencana tahunan, tapi sudah menjadi penderitaan permanen,” ungkapnya.

Koordinator aksi, Mustain, yang juga Wakil Ketua PCNU Demak, menjelaskan bahwa kegiatan ini melibatkan seluruh unsur Nahdlatul Ulama dari tingkat kecamatan (MWC NU), ranting, hingga badan otonom seperti Muslimat, Fatayat, Ansor, Banser, IPNU, IPPNU, dan PMII. Mereka memulai longmarch dari kecamatan masing-masing sekitar pukul 13.00 WIB dan berkumpul di Exit Tol Sayung pukul 14.00 WIB.

“Setelah itu massa berjalan bersama menuju depan Pabrik Polytron Sayung, lokasi yang menjadi simbol penderitaan karena selalu terendam rob,” jelas Mustain.

Di titik utama aksi, para peserta mengikuti Istigasah Akbar, pembacaan Maulidur Rasul, Asroqol, dan mendengarkan orasi dari tokoh-tokoh NU serta perwakilan masyarakat terdampak.

Wakil Gubernur Jawa Tengah, Menteri PUPR, dan Wakil Bupati Demak juga turut hadir mendengarkan jeritan warga.

Bencana rob di Demak, khususnya Sayung, sudah terjadi sejak tahun 2001. Meski ada beberapa intervensi dari pemerintah daerah, upaya permanen seperti pembangunan tanggul laut belum kunjung direalisasikan. Warga bahkan menyebut beberapa desa seperti Bedono dan Morosari kini tinggal menyisakan makam.

“Dulu itu desa, sekarang tinggal makamnya saja yang kelihatan,” ujar Aminuddin menggambarkan pilunya kondisi di lapangan.

Melalui aksi ini, PCNU Demak mendesak pemerintah pusat untuk segera merealisasikan pembangunan tanggul laut sebagai solusi jangka panjang.

“Ini bukan sekadar soal infrastruktur, tapi menyangkut kemanusiaan. Sudah terlalu lama warga menderita,” pungkasnya.

+ posts

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *