Ahli IT yang Dihadirkan KPU Ungkap Sumber Masalah di Aplikasi Sirekap
KAKINEWS – Ahli IT yang dihadirkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Marsudi Wahyu Kisworo mengungkap sumber masalah dalam aplikasi Sirekap atau Sistem Informasi Rekapitulasi.
Marsudi menjelaskan bahwa Sirekap terdiri dari dua bagian yakni Sirekap yang mobile dan Sirekap website.
Sirekap Mobile adalah aplikasi di handphone masing-masing anggota KPPS. Sedangkan Sirekap website adalah tampilan dari hasil pindai formulir hasil perhitungan di website resmi KPU.
“Jadi yang digunakan KPPS mengupload data itu Sirekap mobile yang ada di dalam HP atau telepon seluler kemudian masuk ke Sirekap web,” katanya di Gedung MK, Jakarta Pusat, Rabu, 4 April 2024.
Marsudi menjelaskan Sirekap mobile mengungah data dari formulir C1 hasil. Hasil pindai oleh Sirekap mobile dibaca dengan teknologi Optical Character Recognition (OCR).
“Ini merupakan kemajuan dari Situng, kalau Situng dulu angkanya dihitung manual, sehingga bisa timbul kehebohan seolah-olah ada kesengajaan entry yang dinaikkan. Maka teman-teman developer menggunakan secara otomatis tulisan C1 discan, diubah menjadi angka,” beber dia.
Menurutnya berbagai permasalahan dimulai dari tahap tersebut. Pertama adalah setiap orang memiliki gaya tulisan tangan yang berbeda yang lebih sulit atau lebih mudah dibaca OCR.
“Dalam style-nya saja bisa berbeda. Ada menulis angka 4 seperti kursi terbalik. Ada yang tertutup atasnya. Demikian angka lain, 1 ada yang menggunakan topi ada yang tidak,” terang dia.
Persoalan lain adalah masing-masing handphone yang digunakan untuk memindai formulir C1 hasil memiliki spesifikasi yang berbeda.
“Ada yang kameranya bagus, ada yang kurang bagus, resolusinya beda. Akibatnya terjadi seperti terjadi contoh di atas, formulir C1 bisa beda-beda. Ada yang kualitasnya jelas, ada yang buram, ada yang kekuning-kuningan, ini dari kamera,” bebernya.
Lebih lanjut Marsudi mengatakan keadaan kertas formulir yang dipindai juga mempengaruhi hasil pembacaan OCR, seperti kertas terlipat atau miring saat dipindai.
“Dari kertasnya sendiri, kita lihat yang kanan itu kertasnya terlipat. Sehingga ketika terlipat ini ini bisa menimbulkan interperetasi oleh OCR ini, karena OCR ini bukanlah manusia yang bisa memperkirakan, dia hanya patuh kepada training data,” tandasnya.
“Jadi dia diberikan data tulisan tangan angka 1, 2, 3 dan seterusnya, tapi kalau gambarnya seperti ini jadi masalah,” pungkas Marsudi.***
Penulis: Ahmad Ahyar