Hukum dan Kriminal

Lembaga Adat Paser Kecam Peristiwa Berdarah di Paser

Lembaga Adat Paser Kecam Peristiwa Berdarah di Paser

Lembaga Adat Paser (LAP) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mengecam keras peristiwa penyerangan berdarah terhadap warga yang tengah menjaga posko penolakan aktivitas hauling batu bara di Dusun Muara Kate, Desa Muara Langon, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, pada Jumat (15/11) dini hari. Peristiwa tragis ini mengakibatkan satu korban jiwa dan satu lainnya mengalami luka kritis.

Musa, ketua LAP PPU, menyatakan dalam sebuah pernyataan pers kepada Kaltim Post, Sabtu (16/11) bahwa tindakan keji ini merupakan pelanggaran kemanusiaan yang tidak dapat ditoleransi.

“Aksi penolakan hauling batu bara yang dilakukan masyarakat Kecamatan Muara Komam dan Kecamatan Batu Kajang telah berlangsung lama akibat dampak negatif yang ditimbulkan, seperti kerusakan infrastruktur jalan dan sejumlah korban jiwa akibat kecelakaan,” kata Musa, dikutip Kaltimpos.id, Sabtu (16/11).

Posko penolakan, lanjut dia, didirikan sebagai upaya warga untuk menghentikan aktivitas hauling batu bara yang melintas di jalan umum dari Kalimantan Selatan menuju Kalimantan Timur itu. Namun, warga kerap menghadapi intimidasi dan kekerasan. Puncaknya, peristiwa penyerangan brutal ini terjadi pada dinihari Jumat lalu.

Musa menegaskan bahwa LAP PPU mendesak Kapolres Paser, AKBP Novy Adi Wibowo, untuk mengungkap secara tuntas kasus pembunuhan ini dan membawa pelaku ke hadapan hukum. Potensi konflik horizontal yang dapat dipicu oleh peristiwa ini harus diantisipasi.

Di luar itu, LAP PPU juga meminta kapolri dan Polda Kaltim untuk memberikan perhatian serius terhadap kasus ini, mengingat lokasinya yang berdekatan dengan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan dampaknya terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat.

“Kami mendukung sikap tegas Penjabat Gubernur Kaltim, Akmal Malik, dan Penjabat Bupati Paser, Syirajudin, dalam upaya menghentikan aktivitas tambang batu bara ilegal dan memberikan prioritas pada kepentingan masyarakat. LAP PPU mendesak agar aktivitas hauling batu bara di jalan umum dihentikan secara permanen” tegasnya.

Sebagaimana diketahui, kata dia, aksi penyetopan hauling batu bara sudah sejak lama dan beberapa kali dilakukan oleh masyarakat Muara Komam dan Batu Kajang, Paser, karena mengganggu kepentingan umum, merusak jalan serta menurut data laporan masyarakat setempat kurang lebih telah 7 orang meninggal dunia akibat kecelakaan hauling batu bara tersebut.

“Puncaknya kecelakaan hauling batu bara di Muara Kate yang mengakibatkan seorang pendeta meninggal dunia. Posko yang dibentuk masyarakat ini sebagai upaya warga dalam menghalangi truk hauling batu bara yang menggunakan jalan umum dari arah Kalimantan Selatan menuju Kaltim,” ujarnya.

“Namun setiap aksi masyarakat baik di Kecamatan Batu Kajang maupun di Kecamatan Muara Komam warga kerap mendapatkan intimidasi premanisme puncaknya penyerangan yang menyebabkan satu orang tewas dan satu dirawat di rumah sakit. Ini kejadian kesekian kalinya setelah warga juga pernah portal jalan, dan hari ini kembali terjadi sampai menimbulkan hilangnya nyawa warga,” tambahnya.

Musa mengungkapkan, kejadian kriminal yang menimbulkan korban jiwa ini sangat tidak berprikemanusiaan karena harga nyawa tidak lagi berharga dan sudah seperti binatang. “Maka dari itu, Lembaga Adat Paser Kabupaten Penajam Paser Utara mengecam dan mengutuk keras peristiwa berdarah tersebut,” tegasnya.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *