Daerah Kebudayaan Nasional Pemko Banjarbaru

Sanggar Burung Ruai adalah wadah pelestarian budaya Dayak yang konsisten menampilkan karya seni di kalimantan

Sanggar Burung Ruai adalah wadah pelestarian budaya Dayak yang  konsisten menampilkan karya seni di kalimantan

Sanggar Burung Ruai menjadi salah satu wadah pelestarian budaya Dayak yang terus konsisten menampilkan karya seni. Sanggar yang berdiri sejak Februari 2020 ini diketuai oleh Alferina Rekcson, dan berawal hanya dari tiga orang anggota di masa pandemi Covid-19.

“Awalnya hanya kami bertiga yang ingin tarian Dayak tetap ada, khususnya dalam acara pernikahan. Dari situlah Sanggar Burung Ruai terbentuk, meski mulanya belum memakai nama itu,” ungkap Alferina.

Seiring waktu, minat generasi muda terhadap kesenian daerah semakin tumbuh. Banyak pelajar dan remaja dari berbagai daerah yang menempuh pendidikan di Banjarbaru bergabung untuk belajar sekaligus melestarikan budaya Dayak. Sanggar Burung Ruai kemudian resmi terdaftar di Dispora Banjarbaru dan kerap dilibatkan dalam berbagai kegiatan pemerintah daerah.

“Puji Tuhan, kami mendapat dukungan penuh dari Dispora. Misi kami memang untuk memajukan dan mengenalkan budaya Dayak kepada masyarakat luas,” tambah Alferina.

Tak hanya di Banjarbaru, sanggar ini juga mulai membuka pelatihan seni di Banjarmasin, termasuk untuk anak-anak usia dini. Salah satu pencapaian membanggakan, keterlibatan Sanggar Burung Ruai dalam film layar lebar Racun Sangga.

“Awalnya kami diminta tampil menari saat Festival. Namun dalam waktu singkat, ternyata penampilan itu berlanjut menjadi bagian dari syuting film. Luar biasa sekali karena tarian asli Dayak yang kami bawakan sesuai dengan alur cerita film tersebut,” jelasnya.

Pada Festival Seni dan Pawai Budaya Banjarbaru 2025 di Lapangan Murjani, Sanggar Burung Ruai kembali tampil memikat dengan berbagai kreasi, mulai dari fashion show hasil kolaborasi dengan Gusti Alia Collection, hingga tarian khas Dayak seperti tarian mandau dan penampilan alat musik sape.

Alferina menegaskan, Sanggar Burung Ruai terbuka untuk kolaborasi serta terus mengembangkan kreativitas, termasuk merancang busana-busana tari dan kostum etnik. “Kami membawa semangat Dayak global, yakni gabungan Dayak Ma’anyan, Dayak Ngaju, dan Dayak Kalbar,” tutupnya.

+ posts

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *