Cahaya untuk Atim dan Mahrita

Atim, warga Desa Sungai Tunjang, Kecamatan Cerbon, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan salah satu penerima manfaat program operasi katarak gratis dari Adaro Group.
Suara langkah kaki pelan terdengar dari lorong Klinik Utama Setara, Sabtu (20/9/2025).
Seorang lelaki tua berusia 80 tahun tampak digandeng oleh kedua anaknya.
Namanya Atim, warga Desa Sungai Tunjang, Kecamatan Cerbon, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Pandangan matanya tertutup kabut selama lebih dari setahun terakhir. “Sakit.. serasa tertutup kabut,” ucapnya lirih.
Bukan kali pertama Atim menjalani operasi katarak.
Pada 2019 lalu, mata kanannya juga mengalami hal serupa.
Saat itu, program pemerintah menolongnya untuk bisa kembali melihat.
Kini giliran mata kirinya yang perlu dioperasi.
Anaknya sempat bercerita, keluarga sudah berusaha mencari informasi terkait program bantuan operasi katarak, namun saat itu belum tersedia.
“Alhamdulillah datang dari Adaro, kami sangat bersyukur,” ujarnya.
Proses operasi bukan perkara mudah. Atim merasakan perih saat tindakan berlangsung, namun ia tetap bertahan. “Sudah seharusnya dioperasi, kalau dibiarkan malah makin sakit,” katanya.
Begitu selesai, lensa keruh yang menutupi penglihatannya telah diganti dengan lensa buatan. Kini tinggal menunggu waktu pasca operasi, untuk mata kirinya dapat melihat kembali dunia dengan jelas.
Di kursi tunggu, Mahrita, 60 tahun, petani asal Kecamatan Tamban, tampak lebih tenang setelah menjalani operasi katarak di mata kanannya.
Lima bulan terakhir, pandangannya kabur membuatnya kesulitan mengolah sawah.
“Rasanya kabur, kemudian periksa, katanya katarak,” ceritanya.
Kini, setelah lensa keruh di matanya diganti, Mahrita berharap dapat kembali melihat dengan lebih jelas.
Baginya, operasi ini adalah harapan untuk bisa kembali bertani tanpa ada hambatan.
Sebagai petani, penglihatan adalah modal utama. Dengan mata kanannya yang kembali terang, ia yakin bisa lebih produktif.
Harapan sederhana ini sejalan dengan tujuan program CSR PT Adaro Indonesia bersama Yayasan Amanah Bangun Negeri (YABN), yang ingin mengembalikan produktivitas masyarakat agar tetap mandiri, sejahtera, dan sehat dalam lingkungan yang lestari.
Kisah Atim dan Mahrita hanyalah dua dari ribuan cerita yang tercipta lewat program yang kini bertajuk “Satu Cahaya Berjuta Cerita”.
Sejak 2003, lebih dari 7.000 mata telah dioperasi. Tahun ini, ada 480 pasien di enam kabupaten operasional PT Adaro Indonesia, termasuk 35 pasien di antaranya dari Barito Kuala.
“Tujuan program ini adalah mengembalikan produktivitas masyarakat, agar tetap sehat, mandiri, dan sejahtera,” ujar Aan Nurhadi, CSR Section Head PT Adaro Indonesia dilansir Antara.
Yang membuat program ini unik, operasi dilakukan dengan mobil khusus katarak. Mobil ini baru ada dua di Indonesia, satu di Bali dan satu di Kalimantan Selatan.
Sistem “jemput bola” inilah yang diharapkan dapat memudahkan masyarakat kurang mampu untuk mendapat akses kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan, Diauddin, menyebut katarak sebagai penyebab kebutaan terbesar di Indonesia.
“Buta bukan hanya masalah kesehatan, tapi juga sosial dan ekonomi, karena orang tidak bisa bekerja optimal.
Dengan kolaborasi ini, kita bisa mengurangi angka kebutaan,” katanya.
Bupati Barito Kuala, Bahrul Ilmi, turut menyampaikan apresiasi. “Penglihatan sangat penting.
Operasi katarak ini gagasan yang sangat baik. Memberikan yang terbaik adalah doa,” ujarnya.
Bagi Atim, cahaya itu kini kembali. Begitu juga bagi Mahrita, yang berharap bisa kembali ke sawah dengan binar di mata.
Dari tangan para tenaga medis, dukungan pemerintah, dan kepedulian kita semua, akan lahir satu cahaya dan tumbuh sejuta cerita.