Pertumbuhan Ekonomi Kalsel Di Akhir 2022 Naik 5,59 Persen
BANJARMASIN –Penghujung tahun 2022 Kondisi perekonomian di
Kalimantan Selatan (Kalsel) menunjukkan trend positif , lantaran terjadi
pertumbuhan ekonomi 5,59 persen . Naiknya pertumbuhan ekonomi Kalsel , masih di
dominasi pada sector pertambangan dan perkebunan .
Kepala Kanwil Dirjen Pembendaharaan (DJPb) Kalsel,
Sulaimansyah menyebutkan selama 2022, pertumbuhan ekonomi Kalsel telah
menunjukkan angka yang cukup menggembirakan. Capaian pertumbuhan ekonomi sampai
dengan periode akhir triwulan III 2022 menunjukkan angka pertumbuhan sebesar
5,59 persen (yoy), yang terutama didorong oleh sector pertambangan dan
penggalian, sedikit lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,72
persen pada periode yang sama.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Nasional maupun di Provinsi Kalimantan
Selatan (Kalsel) menunjukkan kondisi yang penuh opimisme, akan tetapi di
harapkan untuk tetap waspada, dalam
menghadapi berbagai guncangan dan ketidakpastian.
âKeberhasilan pemulihan ekonomi di Kalsel pada 2022 juga
terlihat dari penurunan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari semula
4,95 persen pada Agustus tahun lalu menjadi 4,74 persen pada bulan Agustus
2022,â? kata Sulaimansyah, Banjarmasin, Rabu (11/1/2023).
Disampaikan Sulaimansyah, demikian juga untuk tingkat
kemiskinan di Kalsel yang menurun dari semula 208,11 ribu jiwa (4,83 persen)
pada Agustus 2021 menjadi 195,70 ribu jiwa (4,49 persen) pada Maret 2022.
Beberapa indikator lain yang menunjukkan keberhasilan capaian pembangunan
daerah di Kalsel adalah peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) selama
enam tahun terakhir dengan posisi 2022 sebesar 71,84.
Dari ratio enam tahun berturut-turut, kecenderungan membaik
dengan posisi akhir pada 2022 sebesar 0,317 dari tahun sebelumnya sebesar 0,
330. Demikian juga dengan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang
mengalami kenaikan selama enam tahun berturut-turut dengan posisi terakhir pada
2022 sebesar 71,92 meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 71,03.
âUntuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang kondusif pada
2023, maka tetap perlu dilakukan koordinasi antara kebijakan fiskal dan
moneter. Hal tersebut terutama pada 2023 masih akan menghadapi ketidakpastian
perekonomian global yang dapat berdampak kepada peningkatan inflasi yang
berpotensi mengurangi daya beli dan kesejahteraan masyarakat,â? ucap
Sulaimansyah.
sasaran optimal pada 3+1 persen dan 2,5+1 persen pada 2024. Hal ini dapat
terwujud melalui sinergi yang erat supaya subsidi energi pemerintah, kenaikan
terukur suku bunga Bank Indonesia, stabilitas rupiah, koordinasi TPID dan
Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Sulaimansyah menyebut, perekonomian regional Kalsel
diprediksi masih akan optimis pada 2023, mengingat harga komoditas ekspor
batubara akan tetap menguat sebagai sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi
Kalsel terbesar walaupun harga sawit akan cenderung menurun.
âHal tersebut juga disebabkan oleh masih kuatnya kemampuan
ekonomi negara tujuan ekspor batubara Kalsel, antara lain China, India, Jepang
serta Korea Selatan,â? tandas Sulaimansyah.
( MC Kalsel- Faj)