Amerika Serikat dan Sebagian Negara Uni Eropa Boikot Pelantikan Vladimir Putin

KAKINEWS – Amerika Serikat dan sebagian besar negara Uni Eropa memboikot upacara pelantikan Vladimir Putin untuk masa jabatan enam tahun baru sebagai presiden Rusia pada Selasa, 7 Mei 2024 di Kremlin.
Namun, beberapa negara UE lainnya dan Prancis diperkirakan akan mengirim utusan meskipun ada permintaan dari Kyiv.
Reaksi diplomatik yang berbeda dari negara-negara Barat menggarisbawahi perbedaan cara memandang Putin, lebih dari dua tahun setelah ia melancarkan serangan penuh di Ukraina.
“Tidak, kami tidak akan memiliki perwakilan pada pelantikan Vladimir Putin,” kata Matthew Miller, juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
“Kami tentu saja tidak menganggap pemilu itu bebas dan adil, namun dia adalah presiden Rusia dan dia akan terus melanjutkan kapasitasnya” sambung Matthew.
Inggris dan Kanada mengatakan mereka tidak akan mengirimkan siapa pun untuk menghadiri upacara tersebut, dinyatakan pada Senin, 6 Mei 2024.
Kedua negara ini mengumumkan akan mengadakan latihan senjata nuklir taktis.
Sebelumnya, Putin menang telak dalam pemilihan presiden pada bulan Maret.
Pemerintah negara-negara Barat mengecam pemilu ulang tersebut sebagai pemilu yang tidak adil dan tidak demokratis.
“Ukraina tidak melihat dasar hukum untuk mengakui dia sebagai presiden Federasi Rusia yang terpilih secara demokratis dan sah,” kata Kementerian Luar Negeri Ukraina dalam sebuah pernyataan.
Seorang juru bicara UE mengumumkan bahwa duta besar blok tersebut untuk Rusia tidak akan menghadiri pelantikan tersebut, yang mencerminkan sikap sebagian besar negara anggota UE.
Seorang diplomat Eropa mengindikasikan bahwa 20 negara UE berencana untuk melewatkan acara tersebut, sementara tujuh negara lainnya, termasuk Prancis, kemungkinan akan mengirimkan perwakilannya.
Menurut dua sumber diplomatik, Hongaria dan Slovakia juga diharapkan hadir. Kementerian Luar Negeri Jerman menyatakan tidak akan menghadiri upacara tersebut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan pada hari Senin.
“Kami tidak berperang dengan Rusia atau rakyat Rusia, dan kami tidak memiliki keinginan untuk perubahan rezim di Moskow” ujar Macron.
Pekan lalu, Macron tidak mengesampingkan pengiriman pasukan ke Ukraina, dengan mengatakan jika Rusia menerobos garis depan Ukraina, maka sah untuk mempertimbangkannya jika Kyiv meminta dukungan.***
Penulis: Ahmad Ahyar