Waspada ! 705 Kasus HIV Terbaru Terdeteksi di Kalsel

BANJARMASIN, KN – Setiap tanggal 1 Desember, diperingati Hari HIV/AIDS Sedunia.
Mengingatkan berbahayanya penyakit karena pelaku seks bebas dan pemakai narkoba.
Celakanya bisa menular kepada keluarga di rumah.
Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Kalsel kian tahun terus merangkak naik.
Di tahun ini hingga Oktober tadi, sudah mencapai 705 kasus.
Dilansir Radar Banjarmasin (Jawa Pos Grup) jumlah itu mengalami kenaikan sebanyak 100 kasus dibanding tahun 2022 lalu. Saat itu, total kasus HIV di Kalsel sebanyak 605 kasus. “Sampai Oktober kasusnya sudah 705 kasus,” beber Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Diauddin, Kamis (30/11/2023)
Baca Juga: TNI Bersama Warga Patikalain Bangun Jembatan Darurat Buka Isolasi Warga Dua Desa
Kota Banjarmasin tercatat menjadi daerah yang tertinggi. Angkanya sebanyak 319 kasus. Berikutnya, Kabupaten Banjar 83 kasus, Kota Banjarbaru 72 kasus. Sementara Kabupaten Batola tercatat paling rendah kasus HIV, hanya 7 kasus.
Khusus di Banjarmasin, angkanya naik signifikan. Dari 273 kasus tahun 2022, menjadi 319 kasus tahun ini. Sedangkan jika dibandingkan tahun 2021, HIV tercatat sebanyak 257 kasus.
Diauddin menegaskan upaya menekan angka kasus HIV di Kalsel terus dilakukan pihaknya.
Seperti memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya yang rentan terpapar. Ia mengatakan untuk terbebas dari HIV, masyarakat harus sadar dengan dampaknya. “Paling utama adalah menghindari perilaku seks yang berisiko,” kata Mantan Kadinkes Banjar itu.
Selain itu, masyarakat juga harus menghindari hubungan seks bebas dan pemakaian narkoba. “Perilaku seperti ini yang kami beri edukasi. Supaya masyarakat terhindar,” ingatnya.
Baca Juga: Subdit LII Ditresnarkoba Polda Kalsel Gagalkan Peredaran
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Banjarbaru, Edi Sampana membeberkan di Banjarbaru diestimasi ada 1.021 ODHIV pada tahun 2020. “Yang dideteksi HIV dari tahun 2005 sampai sekarang, baru 400-an. Termasuk 15 anak umur di bawah 15 tahun,” bebernya
Dari jumlah tersebut, kata Edi, yang rutin berobat di Banjarbaru hanya sekitar 180-an. Sedangkan 220 sisanya ada yang pindah domisili dari Banjarbaru, wafat, dan mangkir berobat. “Kata kuncinya adalah masih banyak sekitar 600 ODHIV yang belum terdeteksi. 600 inilah yang menjadi sumber penularan,” tegas Edi.
Mereka yang dimaksud Edi ini adalah para pria tidak setia, ibu rumah tangga, WTS (PSK), LSL (Lelaki Suka Lelaki), serta para pengguna narkoba.“Yang 600 ini belum ditemukan mungkin karena tidak tahu, juga malu ikut tes walau diri merasa berpotensi tinggi sudah tertular,” ujarnya.
Menurut Edi, semua itu terjadi karena takut menghadapi kenyataan jika hasil pemeriksaan dinyatakan positif. “Kalau positif, mereka takut akan didiskriminasi keluarganya atau masyarakat. Pola pikir seperti ini yang masih tertanam dalam diri mereka,” tukasnya
Edi meminta agar para ODHIV yang belum terdeteksi ini mau diperiksa. Masyarakat juga harus mengurangi, bahkan sebaiknya menghilangkan stigma negatif kepada ODHIV. “Jangan lagi mendiskriminasikan mereka,” pintanya.
Edi menegaskan pada tahun 2030, Indonesia menargetkan eliminasi HIV. Berarti bebas dari penyakit HIV, serta tidak ada ODHIV yang wafat.
Baca Juga: Keberhasilan Kalsel Juga Keberhasilan UNISKA Di POMNAS
Untuk mencapai target tersebut, ia merasa perlu terus mengedukasi masyakat tentang HIV secara komprehensif.
Supaya masyarakat tidak lagi punya pandangan salah tentang pengidap HIV.
Tidak ada lagi yang tertular HIV.
Bahkan, tidak ada lagi yang menularkan HIV. “Untuk menemukan yang 600 ini, kami petugas kesehatan (Puskesmas dan RS) sudah memberikan layanan tes gratis dan pengobatan gratis,” ujarnya.
Sebelum tahun 2030, tepatnya tahun 2027, ditargetkan sebanyak 95% estimasi ODHIV bisa terdeteksi. “ODHIV yang ditemukan harus mau berobat teratur. Supaya tidak menjadi AIDS,” tegasnya.
Edi membeberkan, dari jumlah orang yang mengidap HIV di Banjarbaru, lebih separuhnya adalah lelaki.
Hal tersebut disebabkan beberapa faktor. Di antaranya adalah masih adanya praktik prostitusi dan aktivitas seksual menyimpang (lelaki penyuka sesama jenis/homoseksual). “Kasus yang kami temukan ini paling banyak menularnya memang melalui hubungan seks. Sangat jarang penularan HIV lewat transfusi darah dan jarum suntik,” bebernya.
Paling potensial adalah waria. “Waria ini kan berhubungan seks dengan anus. Risikonya sangat tinggi,” bandingnya.
Penyakit HIV di Kota Banjarbaru juga sudah sampai ke pelajar. “Tahun ini, kami ada mendapatkan satu kasus seorang siswi yang terkena HIV. Entah karena apa, yang jelas waktu tracking, bukan karena keturunan,” bebernya.
Pihaknya terbantu dengan syarat pengajuan pernikahan yang sekarang mewajibkan calon pengantin melakukan pemeriksaan kesehatan. Termasuk pemeriksaan IMS. “Semakin banyak terdeteksi, makin cepat pula kita bisa menanganinya. Jadi ini bukan hal yang memalukan,” tekan Edi.
Baca Juga: Masih Ada Kesempatan Untuk Dapatkan Pengurangan Pajak
Di Kotabaru, jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS dari tahun 2012 sampai Oktober 2023 berjumlah 116 kasus. Penyakit ini tersebar di beberapa wilayah di Bumi Sa-Ijaan. Terbanyak ada di Pulau Laut Utara dengan jumlah 22 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kotabaru, Erwin Simanjuntak menjelaskan pihaknya melakukan screening pada ibu hamil, penderita TB, penderita IMS, warga binaan pemasyarakatan, termasuk pekerja di hiburan malam. “Kami juga melakukan kemitraan dengan LSM dan perusahaan dalam sosialisasi dan pemeriksaan tes HIV,” jelasnya.
Ia lantas menyebut tahun 2024, Dinkes Kotabaru akan membentuk puskesmas yang melayani penyakit HIV. Untuk Kotabaru di daratan Kalimantan rencananya diterapkan di Puskesmas Serongga. Sedangkan Kotabaru di wilayah Pulau Laut pelayanannya di RSUD Pangeran Jaya Sumitra Kotabaru.
Pemkab Balangan juga berhasil mendeteksi 7 kasus HIV baru di sepanjang tahun 2023. Total adalah 66 temuan kasus HIV/AIDS sejak tahun 2018 hingga 2023. Ada 31 di antaranya masih dalam pengobatan. “Total angka kematian akibat HIV/AIDS sejak 2018 hingga 2023, yakni 16 orang. Sebaran kasus ini ada di seluruh wilayah Kabupaten Balangan,” ucap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Balangan, Akhmad Nasai.
Di Tala kasusnya juga mengalami peningkatan. Sebelumnya hanya berjumlah sekitar delapan kasus, kini naik menjadi 21 kasus. Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) pada Dinkes Tala, M Hadiansyah mengatakan hingga saat ini pihaknya sudah melakukan screening kepada 5.194 orang.
Baca Juga: Subdit LII Ditresnarkoba Polda Kalsel Gagalkan Peredaran 2,25 Kilogram Sabu
Screening itu dilakukan oleh puskesmas yang ada di Tala dan rumah sakit. “Kalau merujuk data di aplikasi SIHA (Sistem Informasi HIV dan AIDS), kami sudah melakukan screening kepada 2.584 orang. Perbedaan angka ini karena belum semua data diunggah ke aplikasi SIHA,” sebutnya, mewakili Kepala Dinkes Tala dr Hj Isna Farida.
Selain melakukan screening, pihaknya juga melakukan edukasi kepada para pelajar terkait HIV dan AIDS. “Biasanya kami menyasar para pelajar di tingkat SLTA, seperti, SMA, SMK, MA, dan pondok-pondok pesantren,” katanya.
Hadi mengatakan bahwa RSUD Hadji Boejasin Pelaihari juga sudah bisa menerima pasien HIV untuk berobat tahun ini. Sebelumnya penanganan di rumah sakit di luar Tala.
Di Kabupaten Tabalong, Dinkes Tabalong mencatat jumlah pengidap HIV ada sebanyak 80 orang. Dinkes Tabalong juga melakukan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada karyawan tempat hiburan karaoke, dan karyawan perusahaan. “Sosialisasi dan seminar tentang HIV terus dilakukan, termasuk dengan menggandeng perusahaan,” tambahnya.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dari Dinas Kesehatan HST, Abdi Budiman merincikan data terakhir tercatat ada 39 kasus HIV AIDS di wilayahnya. “Sudah ada 6 orang yang meninggal. Sisanya masih menjalani pengobatan rutin,” ujarnya.
Di Kabupaten Tapin untuk kasus HIV/AIDS, ada 9 temuan dari data Dinas Kesehatan Tapin di tahun 2023. Tersebar di beberapa kecamatan.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P3) dari Dinas Kesehatan Tapin, Puji Winarta menjelaskan bahwa 9 temuan baru tersebut telah rutin melakukan pemeriksaan. Untuk peringatan Hari HIV/AIDS Sedunia ini, pihaknya juga akan melakukan penyuluhan kepada pelajar. “Jadi sasaran sosialisasi ini pelajar tingkat pertama maupun tingkat atas,” jelasnya.
Sumber: Radar Banjarmasin (Jawa Pos Group)
Edior: Iyus