Inpirasi Kebudayaan Pendidikan

Penelitian Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat: Budidaya Kerbau Rawa sebagai Pilar Kesejahteraan dan Identitas Desa Tampakang

Penelitian Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat: Budidaya Kerbau Rawa sebagai Pilar Kesejahteraan dan Identitas Desa Tampakang

Kerbau rawa. ( dok. Aldi )

Banjarmasin, KAKINEWS.ID – Para mahasiswa dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Produ Ilmu Komunikasi Banjarmasin telah melakukan penelitian penting yang mengangkat tema “Menggali Kearifan Lokal: Budidaya Kerbau Rawa Sebagai Pilar Kesejahteraan dan Identitas Desa Tampakang”. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengembangkan potensi lokal Desa Tampakang, Sungai Danau, Hulu Sungai Utara, melalui budidaya kerbau rawa, yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan dan budaya masyarakat setempat.

Kerbau rawa, atau kerbau kalang, merupakan jenis kerbau yang hidup di kawasan rawa-rawa dan telah lama dibudidayakan oleh masyarakat di Desa Tampakang. Dalam penelitian ini, para mahasiswa ULM yang beranggotakan Rosida Qamariah, Farah Camelia Azmi, Leonaldi virdaus, Melisa Riyona Agustin, Nurul Wahdah, Anastasia Regina La Rose, Ha’al Aziz, Muhammad Afrizal Fazrullah, Ahmad Rizki Fauzi, Khaldaa Alyaa Mardi, Maulidya Dievarani Frikabudi ini menggali berbagai aspek yang terkait dengan budidaya kerbau rawa, termasuk teknik budidaya, manfaat ekonomi, serta dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat dan pelestarian budaya lokal.

Para mahasiswa dsri Fakultas Ilmu Sosial dan Politik prodi Ilmu Komunikasi saat lakukan penelitian. ( dok. Aldi )

” Kerbau rawa memiliki peran penting dalam ekosistem lahan basah. Mereka membantu menjaga keseimbangan lingkungan dengan cara-cara alami seperti membantu aerasi tanah dan pengendalian pertumbuhan tanaman air. Praktik budidaya yang berkelanjutan memastikan bahwa ekosistem rawa tetap sehat dan produktif. ” terang Abdul Jawad, peternak dan pemberdaya kerbau rawa, Jumat ( 10/05/24 ) silam.

Lebih lanjut, Abdul Jawad menjelaskan, kerbau jantan yang sudah memasuki usia 2 tahunan akan dijual dan hanya disisakan kerbau betina.

” Kerbau jantan usia 2 sampai 3 tahun, itu masuk kurban, dijual, disisakan kerbau betina.” ungkapnya

Penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa ULM mengungkapkan beberapa temuan utama. Salah satunya adalah teknik budidaya kerbau rawa yang sangat khas dan diwariskan secara turun-temurun.

Para mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat berharap bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan kebijakan dan program yang mendukung keberlanjutan budidaya kerbau rawa dan pelestarian kearifan lokal.

“Budidaya kerbau rawa tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga berfungsi sebagai pilar identitas budaya masyarakat Tampakang dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata budaya,” pungkas Leonardi Virdaus.(drs)

+ posts

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *