Hukum dan Kriminal

Penyebab Tewasnya Sabriansyah Diduga Akibat Konflik Lahan Akses Angkutan Batubara

Penyebab Tewasnya Sabriansyah Diduga Akibat Konflik Lahan  Akses Angkutan Batubara

MARTAPURA, KN – Penyebab kasus
pengeroyokan yang mengakibatkan tewasnya Sabriansyah (57) yang di tembak dengan
senjata api dan di tebas dengan senjata tajam oleh sejumlah preman bayaran yang
di perintah oleh oknum pimpinan PT JGA pun mulai terungkap.

Korban Sabriansyah warga hatungun , Kabupaten Tapin tersebut merupakan
kerabat pemilik lahan bernama Muhammad bin Saad. Dengan luas tanah satu hektar dengan
bukti kepemilikan Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 584/Mengkauk.

 

Di atas tanah Muhammad tersebut merupakan jalan yang digunakan sejumlah
perusahaan tambang lalu lalang mengangkut Batubara sejak bertahun-tahun . Bahkan,
pemilik lahan juga menggugat perusahaan ke Pengadilan Negeri (PN) Martapura.
Hal itu di sampaikan oleh pengacara pemilik lahan, Husrani Noor kepada Awak
Media, Jumat (31/3) pagi.

 

“Permasalahan karena perusahaan PT JGA yang bergerak dibidang Tambang
batubara merasa lebih berhak atas tanah tersebut. Padahal sesuai SHM, jalan
yang digunakan melewati lahan klien kami pak Muhammad� Ungkapnya.

 

Muhammad selaku pemilik lahan menanam pohon karet dengan harapan untuk
mendapatkan hasil dari tanaman karet.

 

“Jadi wajar kalau beliau juga ingin mengambil manfaat atau hasil dari
tanah miliknya,” ujar Husrani.

 

Sejak pemblokiran jalan hauling pekan lalu, puluhan preman bayaran mulai
nongol ke lokasi pemblokiran jalan. Jumlahnya di perkirakan lebih dari 20
orang. Hingga pada Rabu (29/3) kemarin, Sebanyak lima unit mobil yang berpenumpang
preman tersebut kembali menyambangi lokasi jalan yang ditutup, dengan maksud menemui
pemilik lahan, Muhammad.

 

Lantaran tak ada di lokasi, satu mobil memilih mendatangi rumah
Muhammad.

 

“Mereka mengaku atas perintah pimpinan PT JGA. Tujuannya mau
menawarkan Rp50 ribu per satu ret, Pada akhirnya juga tidak jelas kepastiannya
dan mereka pulang,” ungkap Husrani.

 

Selanjutnya, sejumlah preman bayaran tersebut memilih kembali ke lokasi
tanah berkonflik. Nahas, Muhammad sudah mendapatkan kabar jika terjadi
penyerangan yang menewaskan Sabriansyah.
 

 

Berdasar keterangan saksi, pelaku berjumlah lebih dari 20 orang. Mereka
menaiki 5 unit mobil. Masing-masing membawa senjata tajam. Bahkan ada yang
membawa senjata api. Warga pun berlarian melihat kedatangan mereka.

 

“Jadi saat penyerangan itu juga ada warga lainnya di sana. Lantaran
melihat keberingasan puluhan pelaku dengan sajam, warga pun berlarian.
Tertinggal satu korban Sabriansyah,” ujarnya.

 

“Warga yang lain, menurut saksi kami, ada sekitar 10 orang. Mereka
semua lari, tidak mau menunggu, jika menunggu kata saksi kami, semuanya akan
ditebas,” sambungnya lagi.

 

Sabri tewas usai mengalami luka tembak pada wajah bagian pelipis, serta
sejumlah luka sabetan  senjata tajam di
bagian kepala, leher dan kaki. Husrani Noor menilai peristiwa pembunuhan
tersebut seperti sudah terencana matang. Terlihat dari kesiapan membawa senjata
tajam dan senpi.

 

“Kami berharap pihak kepolisian mengusut tuntas kasus ini dan
menangkap semua pelaku. Kalau tidak sampai tuntas, maka Kalsel akan menjadi
wilayah ‘primitif’ yang berakibat akan dianggap biasa-biasa saja dengan
tindakan premanisme,” ungkapnya.

(Tim Redaksi)

+ posts